Sms ataupun telfon mak ( panggilan untuk ibuku ) setiap hari/2 hari
sekali sudah menjadi rutinitasku, walaupun hanya menanyakan “ apa kabar ?“ atau
“ sudah sholat dan makan mak ? “. Mungkin sedikit lebay, tapi ini adalah bentuk
perhatianku kepada ibu yg telah mendidik dan membesarkanku.
Sama halnya yg aku lakukan hari ini, aku telfon ibuku ba’da sholat
isya, setelah menanyakan “ apo kabar mak (pake bahasa palembang)” ? mak
menjawab : “Alhamdulillah baek-baek be, cak inilah kabar mak nak..(sambil
tertawa kecil hehe)”. mak pun menanyakan kabarku : kau apo kabar? Ku jawab :
alhamdulillah baek jugo mak ( dgn senyuman membayangkan mak disampingku).
Singkat cerita setelah panjang lebar bercerita, tiba2 mak masuk ke
suatu topik tentang masa depanku (COAS, jadi dokter, kerja dll), akhirnya mak
bicara tentang calon pasangan hidupku kelak, entah kenapa, sebenarnya aku
enggan membicarakan ini, tapi mak terus bercerita dan menasihatiku, aku pun mulai
mendengarkan :
Mak pun mulai menasihatiku : nak.. kito ni wong saro, wong susah..
jadi harus sadar diri, dak usah banyak agai, dak usah banyak kendak “ bingung
ya ..? “. Jadi.. kurang lebih artinya gini “ nak, kita ini orang susah, orang
tak punya.. jadi harus sadar diri, jangan banyak maunya “. * aku terus
mendengarkan *.
Mak melanjutkan: “ mak cuma
berharap agek kalo kau nak pilih bini, carilah yang biso nerimo keluargo kito,
jelaske ke dio tentang keluargo kito, kalo kito ni wong susah,.. mak dak galak
kecewa, mak dak galak sakit hati nak..”. Artinya kurang lebih gini : “ nak..
mak cuma ingin dan berharap carilah pasangan hidup yg bisa menerima keluarga
kita apa adanya, jelaskan dan ceritakan kepada calon istrimu kalo kita ini
orang susah, mak ga mau kecewa nak, mak ga mau sakit hati nak “. Aku pun tetap
mendengarkan sambil sesekali ngomong “ iyo mak “ tanda taat dan mengerti apa yg
mak maksud.
Lalu mak melanjutkan “ nak.. mak ga perlu yang kaya, cantik, anak
pejabat ataupun orang terkenal sekalipun, mak cuma mau calon menantu mak, calon
istrimu adalah yang bisa menerima keadaan kita, memahami kesederhanaan keluarga
kita nak...” dengan nada sedih dan serius mak menasihatiku.
Temukanlah wanita seperti itu nak.. maka engkau akan bahagia, dan
engkau juga telah membuat mak bahagia...nak. aku pun menjawab : “iyo mak”.
Aku pun mulai berpikir dan mengakhiri telfon mak dengan sedikit
menangis dan sedih, ternyata yang selama ini aku lakukan adalah salah, dari
dulu aku tidak pernah memikirkan itu, aku tidak pernah memikirkan apa yang akan
terjadi dengan keluargaku nanti? Aku tidak pernah memikirkan apakah pasanganku
nanti bisa menerima keluargaku? Rasanya sulit mencari yang seperti itu...
Hati kecil ini berbicara “
ma’afin anakmu mak “... mungkin selama ini aku salah dalam memilih ataupun
untuk menentukan psangan hidup...
itulah bentuk kasih sayang mak kepadaku... mak sangat sayang
kepadaku, malam ini aku mendapatkan pelajaran yang sangat berarti dalam
hidupku.. aku bangga memilikimu mak.
@RDM
(Rumah DokterMuslim ) Ciputat, 23 April 2013